PROSES PEMINDAHAN BATU TULIS CIARUTEUN

Assalamuallaiukm……
Halloo Sobat IRWAJA, kita balik lagi nih,,, kita gak bosen-bosen bakalan ngasih informasi kepada kalian seputar desa kita. Kemarin IRWAJA sudah ngebahas situs BATU GULING nah kali ini IRWAJA bakalan ngebahas masalah BATU TULIS.
Kalian pasti sudah pada tahu lah mengenai batu tulis, di sekolah-sekolah pun banyak dipelajari. IRWAJA hanya sedikit mengulas, dan sedikit mengingatkan kembali sejarah.

            Nah sobat IRWAJA, kita disinih tidak akan terlalu membahas mengenai sejarah batu tulisnya, tapi kita akan membahas mengenai “Proses Pemindahannya”.
Sebelum kita membahas prosesnya kita sedikit mengulas sejarah batu tulis. Nah disinih penulis akan sedikit menunjukan silsilah nya :
Nah diatas adalah Silsilah keturunan Raja-raja. Raja PURNAWAMAN adalah seorang raja dari kerajaan TARUMANEGARA, Raja PURNAWARMAN ini lah yang telapak kakinya terukir diatas batu. Yang sekarang menjadi Batu Tulis.
            Awalnya Batu Tulis ini terletak di kali Ciaruteun, belum seperti sekarang yang sudah terletak di atas. Proses pengangkatannya pun cukup lama, dan membutuhkan tenaga pekerja yang ahli, sobat IRWAJA pada tau gak berapa berat Batu Tulis ini..??? ternyata beratnya adalah 8ton. Bayangkan 8ton bagaimana cara mengangkatnya?? Sedangkan letak awal batu tulis ini ada di kali, kalinya terletak di bawah, yang kalian ketahui sekarangkan Batu Tulis sudah berada di atas.
            Saat IRWAJA mendatangi Situs ini kami bertemu dengan juru kuncinya, dan beliau menjelaskan bagaimana proses pemindahannya. Jadi sejarahnya seperti ini, Batu Tulis ini ditemukan pertama kali oleh orang belanda yaitu N.W Hoperman pada tahun 1683 dia lah yang menemukan Batu tulis ini. Setelah proses penemuan dan pelaporan kepada pihak pemerintah setempat akhirnya dilakukan pemidahan, proses pemindahan Batu tulis ini di pimpin oleh seorang Insinyur yaitu Ir. Sohardjoyo dari Universitas Gajah Mada (UGM).  Dan menggunakan 20 orang pekerja. 14 orang dari luar daerah dan 6 orang pribumi. Isu-isu yang beredar di masyarakat bahwa proses pemindahan batu tulis ini menggunakan pesawat helicopter, padahal tidak sama sekali. Proses pengangkatannya menggunakan alat yang sederhana, yaitu dengan menggunakan :

1.     Rante
2.    Sling
3.    Takel
4.    Tambang Baja (200m) X 2 = 400m

Jadi si batu tulis ini terlebih dahulu di bungkus oleh papan-papan, di ikat dengan rante, dikaitkan dengan tali, tali di ikat ke pohon-pohon, di putar menggunakan sling. Dan selama 1jam batu ini hanya bergeser 5cm, Masya Allah,,, kebayang kan Sobat 1 jam hanya bergeser 5cm. dalam satu hari hanya bergeser 50cm. proses ini memakan waktu 1bulan dari batu yang awalnya terletak di kali sampai naik ke atas yang sekarang sering sobat-sobat liat. Proses pemindahan ini terjadi pada tanggal 12-Juni-1981.  Dan diresmikannya pada tahun 1990.
            Nah sobat IRWAJA setelah kalian tahu proses pemindahannya sobat bisa membayangkan bagaimana susahnya, bagaimana perjuangannya benar-benar melelahkan. Nah tugas kita sekarang hanya tinggal melestarikan, hanya tinggal merawat, dan ikut menyebar luaskan sejarah ini.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa sedikit menambah wawasan.

Ini adalah dokumentasi saat IRWAJA berkunjung :




























Komentar

  1. kuncen said "isuk2 mere gengsrot" wkwkwk

    BalasHapus
  2. Hahahaha..pasti balik ka imah langsung di praktekeun.

    BalasHapus
  3. This comment has been removed by the author.

    BalasHapus
  4. Siapa,,, lanjutkan petualangan informasi sejarah d desa tercinta kita ini, tp sya harap infovkn juga tentang jln yg mengarah ke desa sangat ancar perlu r perbaiki, biar pemerintah tau.

    BalasHapus
  5. Siapa,,, lanjutkan petualangan informasi sejarah d desa tercinta kita ini, tp sya harap infovkn juga tentang jln yg mengarah ke desa sangat ancar perlu r perbaiki, biar pemerintah tau.

    BalasHapus
  6. Terima kasih atas Comment,dan masukanya Gan..
    Oh iya buat kawan kawan yg dari luar kota yg ingin menuju ke situs prasati Ciaruteun .
    Kampung Muarajaya berjarak sekitar 19 km di sebelah barat daya kota Bogor. Kondisi jalan yang telah beraspal memungkinkan situs dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Untuk menuju lokasi dapat melalui jalur Bogor-Ciampea-Simpang Lebak Sirna-Ciaruteun Ilir. Apabila menggunakan kendaraan umum dapat menggunakan angkutan kota jalur Bogor-Ciampea, dan yg tidak membawa kendaraan bisa menggunakan jasa Ojek sampai ke lokasi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer